Saya senang sekali, pada kesempatan kali ini dapat mengenalkan sebuah Band dari Semarang yang menamakan diri mereka Tanpa Nada. Band beranggokan sekitar 8 orang ini berhasil mengkombine beberapa part-part post hardore, jazz, ethnic, poeth dan lainnya dengan apik. Mereka berusaha mendobrak dan meruntuhkan batasan yang selama ini maton dianut oleh group/band yang membumi dalam ranah stereotype musikal kebanyakan.
Band ini pada awal kemunculannya diprakarsai oleh dua orang saja, mereka berdua berusaha menggabungkan musik electronic, ethcnic dan puisi, seiring berjalannya waktu, lantas mereka menambahkan seorang lagi untuk mengisi divisi vokal (growl). Hingga kemudian perform live mereka utuh menggunakan full band. Saya sempat menyimak performa mereka ketika terlibat dalam show Resureksi Skena Bising di Retro Creative House Semarang & The Lost of Art di Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) beberapa bulan yang lalu. Menyimak band ini saya merasa di tampar beberapa kali.
Background sebagian besar anggota mereka yang dekat dalam ruang lingkup seni teater (Teater Kapling UDINUS), terlihat sangat memmpengaruhi hasil kontemplasi ide-ide yang mereka torehkan dalam lirik yang satir, sarat kritik sosial yang berbaur dengan experimentasi varian insrtrumen musik yang mereka sisipkan.Tanpa Nada berdiri pada kisaran pertengahan tahun 2009 kemarin, masih cukup muda memang. Namun, lewat dua buah track demo yang sudah mereka olah dengan hasil rekaman yang mumpuni ini, mereka mampu untuk mempresentasikan kepada khalayak penikmat musik melalui karya yang beda dengan batasan yang tak lazim. (Benot)
0 komentar:
Posting Komentar